ISI KANDUNGAN QS. AL-FATIHAH
QS.AL-FATIHAH, QS. AN-NAS, QS. AL-FALAQ DAN QS. AL-IKHLAS from Widi Aulia
Penjelasan Qur'an Surat AL-FATIHAH
Ummul Qur’an (induk a-Qur’an) merupakan salah
satu nama lain al-Qur’an. Mengapa demikian? Karena isi kandungan ketujuh
ayatnya merupakan intisari dari al-Qur’an. Abul Hasan al-Harralli menjelaskan
bahwa al-Fatihah adalah induk al-Qur’an, karena ayat-ayat alQur’an seluruhnya terinci
melalui kesimpulan yang ditemukan pada ayat-ayat al-Fatihah.
Tiga ayat pertama dalam surat al-Fatihah
mencakup makna-makna yang dikandung oleh asmaa’ul Husna. Semua rincian yang
terdapat dalam al-Qur’an yang menyangkut Allah bersumber dari ketiga ayat
pertama itu. Ajaran tauhid yang terkandung dalam ketiga ayat pertama tersebut
adalah (asma dan sifat), artinya kita meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat
keutamaan sebagaimana yang tersirat pada ayat-ayat tersebut yang mengandung
arti pula bahwa Allah dengan segala sifat keutamaan-Nya (ayat 1), telah
mencurahkan segenap kasih sayang-Nya kepada kita, menciptakan dan mengatur alam
semesta untuk kita. Dialah Sang Penguasa alam (ayat 2) sehingga hendaknya kita
mengakui dan meyakininya dan memuji kebesaran-Nya yang telah menciptakan kita
semua.
Firman-Nya dalam ayat 5 yang artinya “Yang
menguasai di hari Pembalasan” mengandung dua makna yaitu, 1) bahwasanya Allah
yang menetukan dan Dia pula satu-satunya yang mengetahui kapan tibanya hari
itu. Tidak ada satupun makhluk yang mengetahui hal tersebut 2) Allah menguasai
segala sesuatu yang terjadi dan apapun yang terdapat ketika itu. Maka jangan
bertindak atau bersikap menentang-Nya, bahkan berbicarapun harus dengan
izin-Nya.
Segala sesuatu yang menjadi penghubung antara
makhluk dengan Khalik terinci dalam firman-Nya pada ayat “Iyyaka na’budu wa
iyyaka nasta’in”. Ada kupasan menarik dai mufassir M. Quraish Syhihab dalam
tafsir al-Misbah bahwasannya kata “kami” yang digunakan pada ayat ini
mengandung beberapa pesan:
Pertama, untuk ciri khas ajaran Islam adalah
kebersamaan. Seorang muslim harus merasa bersama orang lain, tidak sendirian.
Atau dengan kata lain seorang muslim harus memiliki kesadaran sosial
Kedua, ibadah hendaknya dilakukan
bersama-sama. Karena jika kita melakukannya bersama-sama, orang lain yang
bersama kita akan menutupi kekurangan kita.
Pada ayat 6 “ihdina as-shirath al-Mustaqim”
mencakup segala yang meliputi urusan makhluk dalam mencapai Allah dan menoleh
untuk meraih rahmat-Nya serta mengesampingkan selain-Nya. Sungguh hanya
kepada-Nya kita berharap agar menunjukkan kita arah tujuan yang benar.
Tidak ada komentar